SELAMAT DATANG... di Blog DPRa PKS Kalianyar semoga semua tulisan yang ada diblog ini bermanfaat

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Tampilkan postingan dengan label Serba-serbi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serba-serbi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Agustus 2012

Muslim Rohingya: Kami Tak Mau Pulang



PKS Kalianyar Masih tentang Muslim Rohingya. Sobat Nida, berita teranyar dari mereka yang terdampar di Indonesia, Muslim Rohingya yang bisa melarikan diri keluar dari Myanmar menyimpan trauma amat dalam soal penindasan dan pembantaian di negaranya.


Dua pengungsi Rohingya tahanan Ditjen Imigrasi yang ditemui Republika di Bogor, Jawa Barat, menceritakan kisah pilu bagaimana tersiksanya menjadi Islam di Myanmar.


Yang berbicara banyak adalah Rofik (17 tahun). Ia bersama rekannya, Ibrahim (16), terpisah dari rombongan besar mereka sebanyak 20 orang yang sebelumnya ditahan Ditjen Imigrasi. Namun, rekan mereka melarikan diri dan meninggalkan Rofik-Ibrahim tanpa uang. Mereka akhirnya menyerahkan diri ke Polresta Bogor yang kemudian mengontak Kantor Imigrasi Kota Bogor untuk membawa keduanya.


Saat ditemui di Kantor Imigrasi Bogor, keduanya tampak rapi dengan celana panjang dan kaus. Rambut mereka klimis. Tapi, kepala selalu menunduk dan diam. Keduanya memilih memainkan jari-jari tangan sebelum akhirnya menceritakan kisah mereka.


“Di Myanmar kami tidak diakui sebagai warga negara. Akibatnya kami sulit hidup,” ucap Rofik, pengungsi yang bisa berbahasa Melayu, menjawab pertanyaan Republika.


Ia mengungkapkan, ummat Islam sukar hidup layak dan selalu mendapat perlakuan diskriminatif di Provinsi Arakan, Myanmar. Militer, Rofik menyebutnya sebagai infanteri pembantai, kerap melakukan razia ke rumah-rumah etnis Rohingya.


Naas bagi yang ketahuan memeluk Islam atau malah sedang shalat. Dalam satu kesempatan, kata Rofik, tentara mendobrak rumah warga Rohingya. Mereka juga pernah menghabisi warga yang sedang shalat. “Masjid di tempat saya dibakar. Saudara-saudara saya yang sedang shalat di dalamnya dibunuh. Ditebas pedang,” kata Rofik.


Melihat peristiwa tragis itu membuat Rofik dan pemuda Rohingya lainnya trauma. Mereka takut shalat. Tak jarang mereka sengaja melewatkan shalat karena khawatir terkena razia militer. Razia pun tak kenal waktu. Bisa siang atau malam. Rofik mengatakan, saat razia militer berlangsung malam hari terdengar jeritan-jeritan warga yang tengah disiksa. “Saudaraku dipotong dulu telinganya, lalu hidungnya kemudian tangannya, dan dibiarkan mati,” kata Rofik.


Ingin kembali ke kampung halaman? Tegas Rofik menjawab sambil menggeleng, “Tidak!“ Ketika ditunjukkan berita dengan foto pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, Rofik mengatakan, “Aung San Suu Kyi pun diam untuk kami. Kami tak pernah dianggap menjadi seorang Myanmar.”


Rombongan Rofik dan Ibrahim mengaku baru keluar dari Arakan awal Juli. Mereka melarikan diri lewat jalur laut, menyusuri pesisir barat Thailand dan singgah sebentar di Malaysia. Mereka ingin ke Pulau Christmas, Australia. 


Tidak bisa tidak. Rohingya harus dibantu secara konkrit. Nggak cukup hanya dengan kecaman dan turun ke jalan. Mereka butuh uluran tangan saudara kita, Sob! So... untuk Sobat Nida yang punya rezeki berlebih dan ingin mendapat keutamaan sedekah di bulan Ramadhan, Nida mengajak Sobat semua untuk menyisihkan sebagian harta kita melalui program Dari Sobat Nida Untuk Rohingya melalui rekening Bank Syariah Mandiri atas nama Yayasan Insan Media Peduli no. rekening 039-010-7788 (Untuk memudahkan, nominal yang ditransfer harap ditambah 100. Misal: Rp. 500.100). Selanjutnya hasil sumbangan ini akan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT).


Sobat Nida yang telah mentransfer silakan meng-sms ke 0838-99-6474-39 dengan format: nama-waktu transfer-jumlah transfer, sehingga dana yang terkumpul dapat Nida infokan secara berkala di web annida-online.


---------------
Sumber : ROL

Dari Sobat Nida untuk Rohingya



PKS Kalianyar - Coba bayangin deh, Sob, ketika kemarin kita di Indonesia menyambut Ramadhan dengan sukacita. Menjalani hari-harinya kini juga leluasa khusyuk-nya. Di negara tetangga yang masih di kawasan Asia Tenggara, saudara seiman kita justru mengalmai hal sebaliknya. Kehidupan berat demi mempertahankan akidah harus mereka lalui. Penindasan, perampokan, penculikan, pemerkosaan, hingga pembunuhan menjadi hal lumrah yang mereka terima sehari-harinya di tanah kelahiran mereka sendiri. Merekalah saudara kita. Ummat Islam minoritas Rohingya di Myanmar.


Begitulah faktanya. Demokrasi dan HAM itu antara ada dan tiada. Keduanya ada tapi hanya untuk kalangan terbatas. Keduanya sepakat tiada untuk satu: ummat Islam. Bukan tanpa sebab, di belahan bumi mana pun, selalu ada ummat Islam yang ditindas di tanah kelahirannya sendiri. Yang paling teranyar terjadi di negara tetangga dekat Indonesia: Myanmar.


Selama kurun waktu kurang dari dua bulan, ribuan (sekitar 6ribu-an) umat Islam etnis Rohingya di Arakan, Myanmar, terbunuh. Ribuan dari mereka ditindas, diculik, dirampok, hingga diperkosa (Republika). Tempat ibadah pun tak luput dari aksi kebrutalan warga negara yang mayoritas beragama Buddha tersebut. Tercatat sekitar 20-an masjid dibakar (Eramsulim).


Mereka yang tidak kuat menahan penderitaan banyak yang lebih memilih meninggalkan kampung halamannya menuju Bangladesh hingga ke Indonesia. Bahkan ada beberapa yang sedang melakukan perjalanan ke Pulau Christmast, Australia, berharap mendapat suaka dan pekerjaan yang layak di sana.


PBB dan Amerika Serikat yang katanya polisi dunia pun belum bereaksi atas penindasan ini. Mereka seolah tak mau tau karena korbannya adalah ummat Islam. Bahkan Aung San Suu Kyi, parlemen Myanmar yang sukses menerima Nobel Perdamaian masih bungkam hingga sekarang. Jelas sekali mereka acuh terhadap penindasan yang dialami umat Islam di sana. Mereka tak menghendaki keberadaan ummat Islam Rohingya!


Di seberang sana... ratusan masyarakat sipil yang sedang dijajah oleh bangsa asing keji bernama zionis Israel, berbondong-bondong turun ke jalan dan memberi bantuan untuk muslim Rohingya. Berupaya membuka mata dunia bahwa walaupun mereka sedang dijajah, tapi mereka peduli terhadap sesama Muslim di belahan dunia yang lain. Turkey yang merupakan negara sekuler, terus mengalirkan bantuannya kepada pengungsi Rohingya di perbatasan Bangladesh.


Bagaimana dengan kita? Sebagai warga dari negara yang katanya berpenduduk muslim terbesar di dunia, apakah kita masih sibuk dengan urusan pribadi? Memuja dan memuji artis pujaan sampai mati? Hmmm... pasti nggak mau kalah kan Sob!


Tidak bisa tidak. Rohingya harus dibantu secara konkrit. Nggak cukup hanya dengan kecaman dan turun ke jalan. Mereka butuh uluran tangan saudara kita, Sob! So... untuk Sobat Nida yang punya rezeki berlebih dan ingin mendapat keutamaan sedekah di bulan Ramadhan, Nida mengajak Sobat semua untuk menyisihkan sebagian harta kita melalui program Dari Sobat Nida Untuk Rohingya melalui rekening Bank Syariah Mandiri atas nama Yayasan Insan Media Peduli no. rekening 039-010-7788 (Untuk memudahkan, nominal yang ditransfer harap ditambah 100. Misal: Rp. 500.100). Selanjutnya hasil sumbangan ini akan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT).


Sobat Nida yang telah mentransfer silakan meng-sms ke 0838-99-6474-39 dengan format: nama-waktu transfer-jumlah transfer, sehingga dana yang terkumpul dapat Nida infokan secara berkala di web annida-online.


***




Populasi Muslim Rohingya di Myanmar tercatat sekitar 4,0 persen atau hanya sekitar 1,7 juta jiwa dari total jumlah penduduk negara tersebut yang mencapai 42,7 juta jiwa. Jumlah ini menurun drastis dari catatan pada dokumen Images Asia: Report On The Situation For Muslims In Burma pada Mei tahun 1997. Dalam laporan tersebut, jumlah umat Muslim di Burma mendekati angka 7 juta jiwa.


Mereka kebanyakan datang dari India pada masa kolonial Inggris di Myanmar. Sepeninggal Inggris, gerakan antikolonialisasi di Burma berusaha menyingkirkan orang-orang dari etnis India itu, termasuk mereka yang memeluk agama Islam. Bahkan, umat Muslim di Burma sering sekali menjadi korban diskriminasi.


Pada tahun 1978 dan 1991, pihak militer Burma meluncurkan operasi khusus untuk melenyapkan pimpinan umat Islam di Arakan. Operasi tersebut memicu terjadinya eksodus besar-besaran dari kaum Rohingya ke Bangladesh. Dalam operasi khusus itu, militer tak segan-segan menggunakan kekerasan yang cenderung melanggar hak asasi manusia.






Burma Digest juga mencatat, pada tahun 2005, telah muncul perintah bahwa anak-anak Muslim yang lahir di Sittwe, negara bagian Rakhine (Arakan) tidak boleh mendapatkan akta kelahiran. Hasilnya, hingga saat ini banyak anak-anak yang tidak mempunyai akta lahir. Selain itu, National Registration Cards (NRC) atau kartu penduduk di negara Myanmar sudah tidak diberikan lagi kepada mereka yang memeluk agama Islam.


Mereka yang sangat membutuhkan NRC harus rela mencantumkan agama Buddha pada kolom agama mereka. Bahkan, Pemerintah Myanmar sengaja membuat kartu penduduk khusus untuk umat Muslim yang tujuannya untuk membedakan dengan kelas masyarakat yang lain. Umat Muslim dijadikan warga negara kelas tiga. Umat Islam di negera itu juga merasakan diskriminasi di bidang pekerjaan dan pendidikan.


Umat Islam yang tidak mengganti agamanya tak akan bisa mendapatkan akses untuk menjadi tentara ataupun pegawai negeri.  Tak hanya itu, istri mereka pun harus berpindah agama jika ingin mendapat pekerjaan.


Pada Juni 2005, pemerintah memaksa seorang guru Muslim menutup sekolah swastanya meskipun sekolah itu hanya mengajarkan kurikulum standar, seperti halnya sekolah negeri, pemerintah tetap menutup sekolah itu.


Sekolah swasta itu dituding mengajak murid-muridnya untuk masuk Islam hanya karena sekolah itu menyediakan pendidikan gratis. Selain itu, pemerintah juga pernah menangkap ulama Muslim di Kota Dagon Selatan hanya karena membuka kursus Alquran bagi anak-anak Muslim di rumahnya. Begitulah nasib Muslim Rohingya.[seperti dikurip dari laman republika.co.id]


***


Seharusnya kita mampu meneladani kebiasaan mulia Rasul seperti yang tertuang dalam sebuah hadits riwayat Bukhari: “...dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” 

-----------------------
By Annida-Online
Foto: Republika Online

Selasa, 13 Desember 2011

TIPS MENULIS DARI ASMA NADIA

PKS Kalianyar - Yuk simak baik-baik kiriman dari mbak Asma Nadia dalam membeberkan tips-tipsnya untuk kita semua agar bisa memiliki kemauan dan kemampuan untuk menulis...


1. Cari cara untuk selalu mencatat setiap ide menarik

2. Temukan bentuk tulisan. Apakah akan dibuat dari A-Z alurnya linear biasa. Atau dimulai dari klimaks, bahkan akhir cerita

3. Buat outline sederhana bagaimana tulisan akan bergerak. Bukan keharusan tapi akan sangat membantu bagi pemula

4. Buat opening yang memikat. Hindari lead cerita yang biasa-biasa aja. Be creative!

5. Beri nyawa pada tokoh-tokohmu.

6. Garap setting (waktu/tempat) untuk memperkuat cerita. Beri warna lokal sesuai kebutuhan

7. Kenapa sebuah cerita hambar atau terasa monoton, karena tidak ada konflik/konflik tidak tergarap! Perhatikan konflikmu

8. Olah setiap unsur cerita dengan sabar. Beri perhatian pada detail yang harus dimunculkan agar logika cerita mantap

9. Hindari kebetulan dalam cerita, kecuali bisa dipertanggungjawabkan. Khususnya untuk penyelesaian cerita.

10. Saring dialog, buang yang tidak berfungsi.

11. Temukan formula ending yang pas, tanpa harus berpanjang-panjang kalimat.

12. Tentang ending lagi, akhir cerita yang baik meninggalkan gema lebih lama di hati pembaca. Jangan sia-siakan ending

13. Batasi ego-mu sebagai penulis. Tokoh-tokoh muncul sesuai karakter dalam ceritamu, tokoh-tokoh itu bukan dirimu.

14. Mematikan tokoh untuk memberi kejutan dalam cerita... cari cara lain yang tidak klise:)

15. Biasakan memulai dengan basmalah sebelum menulis, lalu mulailah menulis dengan hatimu.

16. Belajar setia dan bertanggung jawab bukan hanya dalam upaya, namun juga dalam menyelesaikan ceritamu

17. Menulis untuk diselesaikan. Never ever give up on your stories. Give them chance!

18. Kegigihanmu dalam menyelesaikan cerita yang sudah kamu mulai mencerminkan kegigihanmu dalam menghadapi persoalan kehidupan

19. Beri judul yang menarik untuk ceritamu

20.  Menulis itu cara lain berbagi. Hilangkan ketakutan/tidak pede dan excuse lain dalam mengirim cerita ke media


Fenomena Ustad Gadungan di Hong Kong: Dakwah Apa Tebar Maksiat?


Oleh : Adzimattinur Siregar

PKS Kalianyar - Jangan dikira para BMI di Hong Kong terlena dengan dunia barunya  lantas lupa pada Tuhan. Mereka justru haus akan ilmu ketuhanan. Saking hausnya, sampai-sampai berbagai komunitas rela mengundang para pengisi rohani, baik yang terkenal maupun yang tidak terkenal, diterbangkan langsung dari Indonesia.

Visi dan misi yang diusung juga sebenarnya untuk mencegah, agar BMI tidak tertular kemaksiatan yang makin marak saja di negeri Hong Kong ini.

Didatangkanlah ustad-ustad kondang dari Indonesia. Yang katanya lucu, yang katanya gaul, yang katanya bisa menyembuhkan penyakit, yang katanya bisa menghilangkan jin dan berbagai katanya yang lain.

Pokoknya, macam-macam saja keahliannya.

Baru-baru ini datanglah seorang ustad ke negeri Hong Kong. Pertama ketemu memang asyik. Saking asyiknya sampai gerak tangannya mulai merangkul-rangkul bahuku, dan mengelus-ngelus punggungku sok akrab.

Hadeuh, doi keasyikan kayaknya. Sekali, aku pura-pura gak tau. Dua kali, aku mulai melotot. Tiga kali, akhirnya aku pelan-pelan beringsut menjauh.

“Ah, ustadnya kali menyangka gw tomboy, anak TB kan gak doyan cowok, hihi,” batinku mencoba husnudzan.

Keesokan harinya, aku datang ke acaranya. Wuih, beda banget sama penampilannya yang kemarin pakai jeans dan topi. Kali ini sang ustad mengenakan gamis ala habib-habib dan peci plus kacamata hitam. Keren, elegan, bergaya ustadlah, pokoknya!

Tiba-tiba ada insiden. Beberapa saat lamanya microphone yang dibawa panitia malah tidak mau menyala. Setelah susah payah mencari baterai di ujung Victoria sana, akhirnya microphone pun menyala.

“Ah, saya gak mau ceramah kalau begini doang micnya,” komentar sang ustad berpenampilan habib itu.

Panitia sambil masih mengelap keringat akhirnya tergopoh-gopoh berpencar: pinjam microphone yang bagus!

Kira-kira sejam setelahnya, microphone pun ditemukan. Kami semua duduk di bawah, deg-degan menunggu sang ustad memulai ceramahnya yang digembar-gemborkan luar biasa lucu dan asyik itu.
Apalagi acaranya di tengah Victoria Park, sungguh strategis sekali untuk berdakwah karena semua orang mau gak mau jadi harus mendengarkan.

Kenyataannya, Saudara; jreng jreng, jreng jreeeng!
Apa yang terjadi justru sebaliknya, woooi!

Ceramahnya tidak lucu sama sekali di kupingku. Mungkin lucu bagi mereka yang suka lelucon porno. Saking sibuknya bikin orang ketawa, sang ustad lupa bahwa tugasnya di sini untuk berdakwah bukan melucu.

Sampai-sampai para BMI bertanya-tanya serius setelah acara, “Tadi itu ceramahnya tentang apa sih?” Nah lho?

Gimana gak pada bete, coba? Hari Minggu itu penting sekali, karena cuma di hari itulah mereka bisa libur. Orang-orang yang dengan niat ingin mengisi rohani, merelakan satu hari libur, datang jauh-jauh ke Victoria Park.

Dan ini, demi menemukan kekecewaan; karena tidak ada pencerahan sama sekali dalam ceramah sang ustad.

Panitia sendiri terlihat sangat bete. Bayangkan saja, mendatangkan ustad dari Indonesia tidak murah. Harapan mereka pasti besar sekali untuk acara ini. Tahu-tahu sang ustad menyelesaikan ‘ceramah’nya dengan alasan; capek sekali, baru selesai mengobati orang-orang yang sakit.

Setelah menghabiskan banyak waktu mempromosikan kemampuan mengobatinya, sosok bergaya habib itupun undur diri.

Panitia yang hendak mengundang sang ustad untuk makan malam, keesokan harinya cerita;
Bahwa beliau langsung menghilang seusai acara. Pulang tengah malam dengan tentengan bejibun. Oalaaah, belanja toh, Tad?

Beberapa hari kemudian, ketika sang ustad pulang, aku diajak untuk mengantarnya ke Bandara. Sebenarnya sama sekali bukan urusanku, tapi aku iseng ikut-ikut saja. Lumayan kan buat bahan tulisan. Mengingat diajaknya malam-malam sesudah kerja, naik mobil Alphard, ditraktir makan pula.

Biasalah, anak kampung Depok belum pernah naik mobil Alphard versi Hong Kong. Sepanjang  jalan itu, norak banget, terus aku doakan dalam hati: “Ya Allah, semoga kelak bisa ajak Mama dan Papa jalan-jalan naik mobil kayak gini, ih meuni keren pisan nya,” begitulah sambil elus-elus bangkunya.
Alkisah, sampailah kami di Airport Hong Kong. Telah ada dua orang wanita yang menyambut kami, eh, spesial sang ustad tentunya.

“Kami sudah dari siang,” kata salah satunya.

Aku yang terlihat bagai TKW ini pun langsung diperlakukan seperti sesamanya. Mereka terus-terusan meminta aku memotret dengan sang ustad. Awalnya samping-sampingan, lalu, eh, ndilalah; rangkul-rangkulan, bo!

Kemudian tibalah ketika sang ustad tengah duduk, seketika menarik salah satu wanita itu ke pangkuannya, dan, ndilalah (lagi!); memeluk mesra layaknya suami-istri. Astaghfirullah!

Seketika sekujur tubuhku kaku, kakiku serasa lumpuh dalam sekejap!

Demi Allah, aku sungguh merasa jengah, malu setengah mati kepada orang-orang yang melihati mereka. Ini ustad, ya, ustad geto looooh, ceracau batinku muak luar biasa!

Setelah itu, sang ustad mencoba merangkulku dengan alasan ingin foto bareng. Aku spontan berkelit. Sepertinya sudah saatnya nih mengeluarkan jurus taekwondo yang kupelajari sejak di bangku SD!
Beruntunglah tidak sampai terjadi adegan tragedi kemanusiaan, cieeeh!

Namanya keburu dipanggil karena bagasinya kelebihan 7 kilo. Matiii deh situ, ops, yo olooooh!
Aku melihatnya dari kejauhan, dia membuka bagasi, segala jenis oleh-oleh pun mbrudul, Saudara!
Panitia mencoba membantu merapikan, memberi saran barang-barang mana yang sebaiknya ditinggal. Tapi sang ustad bersikeras karena itu semua untuk A, B, C sampai Z.

Setelah kira-kira satu jam uyel-uyelan urusan bagasi, sosok menyebalkan itu pun masuk. Sekali lagi satu pelukan mesra dan omelan sayang dari kedua wanita,  entah siapanya itu.
Aku bergegas menyingkir, berjalan menuju mobil dengan keadaan pusing dan mual.
Di mobil, aku bertanya, “Itu salah satu mereka, istrinya ustad ya?”

Mulanya tidak ada yang menjawab. Aku pun menyimpulkan sendiri, lantas duduk dalam diam yang membeku.

Ketua panitia yang menyediakan apartemen untuk sang ustad akhirnya tidak tahan berkicau juga. Ia bercerita bahwa salah satu dari wanita itu belum dicerai oleh suami di kampung halamannya di Jawa sana.

Tetapi, wanita itu tinggal di kamar yang sama dengan ustad selama sepuluh hari!
Sepanjang jalan, aku termangu. Pusing, mual dan muak semakin berkelindan, mendengar tingkah-polah sang ustad gahol, bahlul!

Memang tidak setiap ustad berkelakuan aneh-nyeleneh begini. Kita gak boleh mencap semua ustad demikian, ya kan, men? Masih seabregan ustad yang mulia, baik hati dan suka bersedekah.
Mungkin cuma ustad satu ini saja yang nyeleneh. Apapun itu, aku jadi berpikir-pikir. Ada begitu banyak ustad yang didatangkan oleh berbagai organisasi BMI Hong Kong. Ada begitu banyak yang baik, tentu saja, aku yakin itu!

Tapi juga tidak sedikit ustad yang kehilangan arah. Aku merasa sangat kasihan kepada teman-teman BMI. Mereka yang sudah susah-payah, jauh-jauh mengorbankan hari liburnya demi mendapat pencerahan.

Namun, jangankan pencerahan yang diperoleh malah sebaliknya; wajah maksiat!
Wajarlah, wong ustadnya pun lupa tujuan datang ke Hong Kong itu ngapain: mau dakwah, blanja-blanji atau bergumul maksiat?

Causeway Bay-Hong Kong


[Taken from kompasiana]