SELAMAT DATANG... di Blog DPRa PKS Kalianyar semoga semua tulisan yang ada diblog ini bermanfaat

Minggu, 05 Agustus 2012

Dari Sobat Nida untuk Rohingya



PKS Kalianyar - Coba bayangin deh, Sob, ketika kemarin kita di Indonesia menyambut Ramadhan dengan sukacita. Menjalani hari-harinya kini juga leluasa khusyuk-nya. Di negara tetangga yang masih di kawasan Asia Tenggara, saudara seiman kita justru mengalmai hal sebaliknya. Kehidupan berat demi mempertahankan akidah harus mereka lalui. Penindasan, perampokan, penculikan, pemerkosaan, hingga pembunuhan menjadi hal lumrah yang mereka terima sehari-harinya di tanah kelahiran mereka sendiri. Merekalah saudara kita. Ummat Islam minoritas Rohingya di Myanmar.


Begitulah faktanya. Demokrasi dan HAM itu antara ada dan tiada. Keduanya ada tapi hanya untuk kalangan terbatas. Keduanya sepakat tiada untuk satu: ummat Islam. Bukan tanpa sebab, di belahan bumi mana pun, selalu ada ummat Islam yang ditindas di tanah kelahirannya sendiri. Yang paling teranyar terjadi di negara tetangga dekat Indonesia: Myanmar.


Selama kurun waktu kurang dari dua bulan, ribuan (sekitar 6ribu-an) umat Islam etnis Rohingya di Arakan, Myanmar, terbunuh. Ribuan dari mereka ditindas, diculik, dirampok, hingga diperkosa (Republika). Tempat ibadah pun tak luput dari aksi kebrutalan warga negara yang mayoritas beragama Buddha tersebut. Tercatat sekitar 20-an masjid dibakar (Eramsulim).


Mereka yang tidak kuat menahan penderitaan banyak yang lebih memilih meninggalkan kampung halamannya menuju Bangladesh hingga ke Indonesia. Bahkan ada beberapa yang sedang melakukan perjalanan ke Pulau Christmast, Australia, berharap mendapat suaka dan pekerjaan yang layak di sana.


PBB dan Amerika Serikat yang katanya polisi dunia pun belum bereaksi atas penindasan ini. Mereka seolah tak mau tau karena korbannya adalah ummat Islam. Bahkan Aung San Suu Kyi, parlemen Myanmar yang sukses menerima Nobel Perdamaian masih bungkam hingga sekarang. Jelas sekali mereka acuh terhadap penindasan yang dialami umat Islam di sana. Mereka tak menghendaki keberadaan ummat Islam Rohingya!


Di seberang sana... ratusan masyarakat sipil yang sedang dijajah oleh bangsa asing keji bernama zionis Israel, berbondong-bondong turun ke jalan dan memberi bantuan untuk muslim Rohingya. Berupaya membuka mata dunia bahwa walaupun mereka sedang dijajah, tapi mereka peduli terhadap sesama Muslim di belahan dunia yang lain. Turkey yang merupakan negara sekuler, terus mengalirkan bantuannya kepada pengungsi Rohingya di perbatasan Bangladesh.


Bagaimana dengan kita? Sebagai warga dari negara yang katanya berpenduduk muslim terbesar di dunia, apakah kita masih sibuk dengan urusan pribadi? Memuja dan memuji artis pujaan sampai mati? Hmmm... pasti nggak mau kalah kan Sob!


Tidak bisa tidak. Rohingya harus dibantu secara konkrit. Nggak cukup hanya dengan kecaman dan turun ke jalan. Mereka butuh uluran tangan saudara kita, Sob! So... untuk Sobat Nida yang punya rezeki berlebih dan ingin mendapat keutamaan sedekah di bulan Ramadhan, Nida mengajak Sobat semua untuk menyisihkan sebagian harta kita melalui program Dari Sobat Nida Untuk Rohingya melalui rekening Bank Syariah Mandiri atas nama Yayasan Insan Media Peduli no. rekening 039-010-7788 (Untuk memudahkan, nominal yang ditransfer harap ditambah 100. Misal: Rp. 500.100). Selanjutnya hasil sumbangan ini akan disalurkan melalui lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT).


Sobat Nida yang telah mentransfer silakan meng-sms ke 0838-99-6474-39 dengan format: nama-waktu transfer-jumlah transfer, sehingga dana yang terkumpul dapat Nida infokan secara berkala di web annida-online.


***




Populasi Muslim Rohingya di Myanmar tercatat sekitar 4,0 persen atau hanya sekitar 1,7 juta jiwa dari total jumlah penduduk negara tersebut yang mencapai 42,7 juta jiwa. Jumlah ini menurun drastis dari catatan pada dokumen Images Asia: Report On The Situation For Muslims In Burma pada Mei tahun 1997. Dalam laporan tersebut, jumlah umat Muslim di Burma mendekati angka 7 juta jiwa.


Mereka kebanyakan datang dari India pada masa kolonial Inggris di Myanmar. Sepeninggal Inggris, gerakan antikolonialisasi di Burma berusaha menyingkirkan orang-orang dari etnis India itu, termasuk mereka yang memeluk agama Islam. Bahkan, umat Muslim di Burma sering sekali menjadi korban diskriminasi.


Pada tahun 1978 dan 1991, pihak militer Burma meluncurkan operasi khusus untuk melenyapkan pimpinan umat Islam di Arakan. Operasi tersebut memicu terjadinya eksodus besar-besaran dari kaum Rohingya ke Bangladesh. Dalam operasi khusus itu, militer tak segan-segan menggunakan kekerasan yang cenderung melanggar hak asasi manusia.






Burma Digest juga mencatat, pada tahun 2005, telah muncul perintah bahwa anak-anak Muslim yang lahir di Sittwe, negara bagian Rakhine (Arakan) tidak boleh mendapatkan akta kelahiran. Hasilnya, hingga saat ini banyak anak-anak yang tidak mempunyai akta lahir. Selain itu, National Registration Cards (NRC) atau kartu penduduk di negara Myanmar sudah tidak diberikan lagi kepada mereka yang memeluk agama Islam.


Mereka yang sangat membutuhkan NRC harus rela mencantumkan agama Buddha pada kolom agama mereka. Bahkan, Pemerintah Myanmar sengaja membuat kartu penduduk khusus untuk umat Muslim yang tujuannya untuk membedakan dengan kelas masyarakat yang lain. Umat Muslim dijadikan warga negara kelas tiga. Umat Islam di negera itu juga merasakan diskriminasi di bidang pekerjaan dan pendidikan.


Umat Islam yang tidak mengganti agamanya tak akan bisa mendapatkan akses untuk menjadi tentara ataupun pegawai negeri.  Tak hanya itu, istri mereka pun harus berpindah agama jika ingin mendapat pekerjaan.


Pada Juni 2005, pemerintah memaksa seorang guru Muslim menutup sekolah swastanya meskipun sekolah itu hanya mengajarkan kurikulum standar, seperti halnya sekolah negeri, pemerintah tetap menutup sekolah itu.


Sekolah swasta itu dituding mengajak murid-muridnya untuk masuk Islam hanya karena sekolah itu menyediakan pendidikan gratis. Selain itu, pemerintah juga pernah menangkap ulama Muslim di Kota Dagon Selatan hanya karena membuka kursus Alquran bagi anak-anak Muslim di rumahnya. Begitulah nasib Muslim Rohingya.[seperti dikurip dari laman republika.co.id]


***


Seharusnya kita mampu meneladani kebiasaan mulia Rasul seperti yang tertuang dalam sebuah hadits riwayat Bukhari: “...dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” 

-----------------------
By Annida-Online
Foto: Republika Online